Irama Nusantara diambang batas

Sabtu, 06 Juni 2020, Review

Jumat, 6 Juni 2020

 

“Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah”. Mungkin kata-kata dari Bung Karno itulah yang pas untuk menjadi pelatuk bagi David Tarigan, dalam hal ini adalah musik Indonesia. Sudah seperti mandarah daging, Musik dan David Tarigan tak bisa dipisahkan. Sebab dari tumbuh kembangnya rasa cinta sampai didasari rasa berbagi dan peduli terhadap musik Indonesia, pada tahun 2013 lahirlah Yayasan Irama Nusantara. Didirikan bersama rekan-rekannya sesama pemerhati musik; Alvin Yunanta, Toma Avianda, Christoforus Priyonugroho, Norman Illyas, Mayumi Haryoto, dan Dian Wulandari.

Irama Nusantara adalah upaya pelestarian dan pengarsipan data serta informasi musik populer Indonesia. Dimulai sejak awal abad ke-20 yang merupakan era di mana cikal bakal dari industri musik popular Indonesia yang sampai saat ini kita kenal. Hal ini dilandasi oleh kesadaran bahwa betapa pentingnya bagi masyarakat untuk mengenal dan memahami musik modern Indonesia sebagai bagian dari identitas bangsa.

Menurut David Tarigan, orang Indonesia harus tahu kalau ada musik sekeren ini, mereka harus tahu lebih dulu dibanding negara lain. Jadi mereka mengetahui musik Indonesia secara luas. Baik cerita, teks, visual, mau pun elemen pembangun lainnya.

Beruntunglah kita di era sekarang dapat dengan mudah mencari tahu  musik populer Indonesia dari zaman ke zaman melalui laman www.iramanustara.org tidak perlu kita harus mencari rilisan fisiknya yang mungkin harganya sudah selangit.

Memasuki tahun 2020 yang berarti sudah 7 tahun Irama Nusantara berdiri dengan capaian digitalisasi arsip rilisan fisik musik populer per 31 Mei 2020; 4065 jumlah rilisan yang telah diarsipkan, 41953 jumlah lagu yang telah diarsipkan, dan 2935 jumlah rilisan yang telah terunggah di website dengan grafik yang tertinggi pada tahun 70an. Ditambah banyak rencana yang ingin dijalankan pada tahun 2020 salah satunya setelah yang pasti penambahan jumlah arsip adalah menerbitkan buku.

Namun, semua itu harap-harap cemas. Di situasi pandemi covid-19 yang menghambat semua sektor khususnya di perekonomian, ternyata sangat berdampak bagi finansial Irama Nusantara. Hal ini menimbulkan masalah yang cukup serius bagi kegiatan beroperasi Irama Nusantara. Bahkan secara resmi melalui akun Instagram-nya, jika kondisi ini tidak selama Juni ini, dengan berat hati Irama Nusantara berhenti beroperasi sampai yang paling berat terpaksa pamit undur diri.

Ada beberapa upaya darurat yang mereka siapkan selama Juni ini, seperti; membuka crowdfunding melalui https:/kitabisa.com/campaign/bantuiramanusantara, mencanangkan program padat karya dan volunteering, melelang aset & rilisan piringan hitam koleksi Irama Nusantara, dan menyewakan sebagian ruangan kantor Irama Nusantara.

Mari kita bersama-sama membantu Irama Nustantara melestarikan musik populer Indonesia lewat pengarispan musik populer Indonesia. Bantu dengan donasi melalu https:/kitabisa.com/campaign/bantuiramanusantara, jangan sampai arsip musik populer Indonesia terkubur kembali!

 

Foto oleh Irama Nusantara

Ditulis oleh kontributor, Fahri Ramadhan.

Mbaww

Mbaww

Bukan Kunto Aji
607 kali dibaca
Bagiin ke temen