Serupa Nubuat, Nodus Tollens, Album Perdana Amerta Tiba Juga
Info Band

Serupa Nubuat, Nodus Tollens, Album Perdana Amerta Tiba Juga

Adminymous
Mon, 14 Oct 2024

Setelah perjalanan panjang penuh liku, Amerta, band

post/sludge/power metal asal Jakarta, akhirnya meluncurkan album penuh perdana mereka bertajuk Nodus Tollens. Proses penggarapan album yang memakan waktu lima tahun ini, dimulai sejak 2019, adalah refleksi dari kesabaran, ketekunan, dan eksplorasi musikal yang mendalam. Dengan perilisan Nodus Tollens, Amerta menyuguhkan sebuah pengalaman mendengar yang menukik dalam, penuh emosi, sekaligus memancing perenungan.

Nama Nodus Tollens diambil dari istilah yang menggambarkan momen ketika seseorang menyadari bahwa narasi hidupnya tidak lagi masuk akal—sebuah kondisi yang seringkali kita alami di tengah dunia yang terus berubah, tidak bisa ditebak, dan penuh teka-teki. Melalui album ini, Amerta mengajak pendengar untuk menelusuri kegelisahan eksistensial, perenungan hidup, serta perjalanan batin dalam menghadapi chaos di dunia nyata.

Ekspresi Kecamuk Batin dalam Bunyi Nodus Tollens adalah album yang memadukan berbagai unsur dari genre post-metal, doom/sludge, hingga shoegaze dan indiepop. Amerta, yang digawangi oleh Raja Panggabean (gitar), Auliya Akbar (drum), Anida Bajumi (bass), Techa Aurellia (vokal), dan Lody Andrian (synthesizer), menggabungkan kekuatan instrumental yang solid dengan aransemen berlapis yang memberikan nuansa atmosferik penuh tekstur dan kedalaman. Di balik aransemen berat dan gelap yang mereka hadirkan, terdapat lapisan-lapisan melodi yang lirih, reflektif, dan menenangkan.

Sebagai kolektif band, ide Awal Projek Amerta sebenarnya tidak direncanakan. “Berawal dari tahun 2018 ketika saya berkuliah di Australia. Selama di sana, saya banyak membuat riff-riff yang seharusnya diperuntukkan untuk band saya sebelumnya Revenge, yang ternyata sepertinya kurang cocok. Mungkin karena di sana terlalu dingin” kata Raja. Materi musik tersebut dibawa Raja pulang ke Indonesia dan sejak 2019 baru secara serius digarap bersama Akbar untuk proyek Amerta. Setelah bertemu dengan Ricky Siahaan, penggarapan album ini digarap secara serius sejak tahun 2021.

Di tangan produser Ricky Siahaan, yang juga dikenal sebagai gitaris band Seringai, Nodus Tollens berubah menjadi proyek musik yang penuh tantangan sekaligus menyenangkan. “Saya merasa memiliki frekuensi musik yang cukup sama dengan mereka. Menjadi produser Amerta adalah tantangan yang menyenangkan karena pendiri band ini adalah musisi yang berakar dari musik ekstrem. Jadi mereka adalah musisi-musisi yang mumpuni dengan instrumennya, kemudian memutuskan untuk kini bereksplorasi dengan ‘rasa’ dibanding speed dan ketangkasan. Prosesnya jadi lebih musikal aja rasanya," ungkap Ricky.

Anida menyebut bahwa penggarapan album sudah berjalan sejak 2019 akhir ketika Ia baru bergabung dengan Amerta. “Untuk beberapa materi, kerangkanya sudah dibuat oleh Raja dan Akbar di Melbourne, yang kemudian kami rombak dan kembangankan lagi bersama-sama,” katanya. Seiringnya waktu berjalan, banyak hal yang disesuaikan karena adanya pergantian dan penambahan personel.

Selain itu Amerta secara kolektif banyak melakukan workshop untuk ‘mematangkan’ lagu yang sudah ada. “Workshop tersebut juga kami lakukan di berbagai tempat, dan kebanyakan tidak di dalam studio yang proper. Untuk proses rekaman album, semuanya dilakukan di Indonesia.

Rekaman bass di Syailendra Studio. Gitar, synth dan vokal di Studio Kandang di Jakarta. Drum di Soundverve Studio, Tangerang,” katanya.

Raja juga memberikan kredit kepada Haryo Widi (Oyob), yang turut serta ambil bagian dalam pengembangan album ini dan tiga single awal Amerta. “(Oyob) adalah salah satu sound engineer paling bertalenta di industri musik saat ini. Perannya penting karena kita sama-sama memiliki selera musik yang sama. Sama-sama berangkat dari skena musik metal lalu berkelana kemana-mana. Jadi dia sangat paham direction band ini,” katanya.

Pencapaian Personal dan Kolektif Setiap anggota Amerta membawa warna dan energi tersendiri dalam album ini. Bagi Raja, gitaris Amerta, Nodus Tollens adalah pencapaian personal yang sangat berarti. "Seperti kehidupan, Nodus Tollens kadang kencang lalu kadang pelan. Penuh banyak pertanyaan dan keanehan. Tetapi, setidaknya untuk saya, kehidupan harus selalu bergerak proporsional seperti pendulum yang 'swings back and forth'. Tidak ada hitam putih," ujarnya.

Selama proses penggarapan, Amerta melakukan rekaman di beberapa studio di Jakarta dan Yogyakarta, dengan sebagian materi dasarnya dikembangkan di Melbourne. Proses yang berlangsung selama bertahun-tahun ini menghasilkan sebuah karya musik yang sarat dengan refleksi pribadi, pengalaman kolektif, dan eksplorasi emosional yang dalam. Ada 10 lagu dalam album ini yang tiga diantaranya sudah diperdengarkan kepada publik.

Namun Amerta meyakinkan bahwa tujuh lagu lainnya akan membuat pendengar tak akan kecewa. Anida menyebut beberapa lagu yang ada di Nodus Tollens dikembangkan sampai menjadi kesatuan yang solid. “Ibaratnya, kayak bongkar pasang. Ada yang part depannya saja kami ambil, lalu dikembangkan ke lagu baru. Ada yang bagian tengahnya kami comot untuk lagu lainnya. “Bleeker”, “Argentum”, dan “Beautiful Ivory” adalah lagu-lagu yang merupakan hasil dari bongkar pasang,” katanya.

Pada proses penulisan lirik, Amerta mengadopsi pendekatan kolektif, di mana setiap anggota berkontribusi dalam cara yang unik. “Untuk beberapa lagu, ada yang kami kerjakan secara keroyokan,” ungkap Anida. "Misalnya, setiap personel menyumbang beberapa bait. Ada yang seluruhnya ditulis oleh Techa, ada juga yang liriknya oleh Akbar." Raja menambahkan bahwa meskipun ada yang lebih dominan dalam penulisan di setiap lagu, semua lirik dibuat dengan semangat kolaboratif yang mencerminkan dinamika dan chemistry antar anggota band. Rilis Gubahan Ulang “Kala Sang Surya Tenggelam”

Di debut album “Nodus Tollens”. Amerta juga memberikan kejutan dengan melakukan gubahan ulang karya legendaris, “Kala Sang Surya Tenggelam”. Sebelumnya, lagu ini dipopulerkan oleh mendiang Chrisye dan dirilis dalam album Sabda Alam pada 1978. Liriknya sendiri diciptakan oleh Guruh Sukarno Putra dan menjadi sangat populer hingga dirilis ulang pada 1996. Keputusan menggubah lagu ini juga sangat diapresiasi positif oleh para fans.

Menurut gitaris Raja Panggabean, proses rekonstruksi lagu ciptaan Guruh Soekarno Putra ini relatif singkat. “Mungkin sekitar satu jam,” kata Raja. “Saya bersama Akbar (Auliya, drummer – red) mengulik dengan sistem jamming saja. Secara struktur lagu tidak banyak yang berubah karena sudah sangat indah dan gelap – sesuai dengan mood Amerta. Kami hanya memberikan sentuhan ‘Amerta’ di intro dan interlude.”

Lagu gubahan ulang ini sudah dibawakan beberapa kali dalam konser live Amerta dan selalu memberikan kesan tersendiri bagi penonton. Tak bisa dipungkiri, keputusan melakukan gubahan ulang ini adalah salah satu faktor yang membuat Amerta bisa memperkenalkan dirinya ke khalayak yang lebih luas. Alhasil, Amerta memutuskan merekamnya setelah mendapat lisensi resmi dari pihak pemilik, Musica Studio’s. “Secara struktur lagu, kami benar-benar mengikuti struktur lagu aslinya. Yang saya lakukan sebagai gitaris adalah mencoba mengemulasi rasa dan mood yang ditampilkan lagu aslinya dengan cara Amerta,” lanjut Raja.

Resonansi Global dan Lokal Nodus Tollens tidak hanya berbicara pada skena musik lokal, tetapi juga beresonansi secara global. Musik yang dihasilkan Amerta membawa pengaruh dari berbagai genre internasional, tetapi tetap dengan rasa lokal yang kuat. Dengan cara mereka, Amerta berhasil menjembatani jarak antara nuansa post-metal yang global dengan perasaan dan pengalaman hidup yang sangat lokal, membuat Nodus Tollens memiliki daya tarik yang luas bagi penikmat musik dari berbagai latar belakang.

Ilustrasi muka (cover album) Nodus Tollens digarap oleh Ramzi Firhad, yang pernah menggarap cover Dara Muda dan Badai Pasti Berlalu. Album ini tersedia mulai 11 Oktober 2024 di berbagai platform streaming musik, sementara versi fisik dalam bentuk piringan hitam dan CD akan segera menyusul. Amerta juga merencanakan serangkaian tur promosi dan penampilan langsung untuk merayakan peluncuran album ini, dengan detail yang akan diumumkan dalam waktu dekat.

Ricky menyebut bahwa di Indonesia sepertinya masih sangat jarang band seperti Amerta, yang memiliki musik berspektrum luas seperti di Nodus Tollens. Album ini bukan menawarkan heavy metal yang konvensional. Nodus Tollens adalah karya band yang mahir menyeimbangkan antara melodi yang emotif, aransemen yang berpetualang, serta agresivitas.

“Dalam dosis yang akurat hingga bisa memuaskan penggemar musik cadas khususnya post metal atau doom/sludge. Walau demikian, saya pikir di saat yang sama album ini cukup inklusif hingga bisa menggoda penggemar style seperti shoegaze, indiepop, bahkan mungkin goth,” katanya.

Nodus Tollens bukan sekadar album; ia adalah refleksi dari perjalanan hidup, gejolak batin, serta pergulatan antara harapan dan kegelapan yang dialami setiap individu. Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, Amerta melalui Nodus Tollens menghadirkan sebuah suara yang bising yang tak lekang oleh waktu.